Rabu, 01 Juni 2016

Faith

Ayu berjalan keruang guru untuk mengumpulkan tugas matematika kelasnya. Sesampai didepan ruang guru, Ayu bergegas membuka pintunya, berjalan menuju meja Ibu Nurul yang terletak di pojok ruangan sebelah kiri. Kemudian meletakkan lembar soal serta jawaban matematika kelasnya.
“Ini bu tugasnya” tutur Ayu pada Ibu Nurul yang sedang asik merekap nilai matematika.
“Ya. Letakkan saja diatas buku matematika kelas XI ibu” ujar Ibu Nurul.
Setalah meletakkan lembar soal serta jawaban matematika kelasnya, Ayu permisi keluar untuk kembali ke ruang kelasnya. Berjalan dengan santai, merasakan ketenangan yang jauh dari keramaian sekolah karena masih jam pelajaran. Ayu menunduk menatap sepatu kets tali hitamnya.
“Lepas” gumam Ayu, jongkok untuk mengikat kembali tali sepatu kets hitamnya yang lepas. Ayu berdiri setelah selasai mengikat tali sepatu kets hitamnya.
“Dimas aku mau ngomong sama kamu” ujar seorang cewek berkulit sawo matang.
Ayu menoleh ke sumber suara yang mengganggu telinganya. Melirik cewek berkulit sawo matang dengan rambut panjang, hitam dan lebat sedang berbicara pada seorang cowok yang berwajah campuran Indonesia – Jepang.
Ayu memilih untuk tidak menghiraukan masalah yang menyelimuti dua anak manusia itu, yang terlihat jelas dari wajah mereka masing – masing. Ayu berjalan melewati mereka yang sedang berseteru untuk menuju kelas XI IPA.2.
“Kenalkan, ini pacar baruku” ujar Dimas pada Naomi sambil merangkul Ayu yang melintas disampingnyadengan santai secara tiba-tiba.
“Oh” sahut Naomi sedikit ketus. Melirik Ayu sinis.
Ayu mendelik, melirik cowok disampingnya dengan bingung.Ayu sama sekali tidak mengerti dengan apa yang terjadi padanya. Cowok yang entah datang dari mana itu, tiba-tiba merangkulnya dan berkata bahwa Ayu adalah kekasih barunya.
“Sepertinya, disini terjadi kesalahan” protes Ayu meluruskan kesalah pahaman yang terjadi.
Naomi melirik Ayu dengan sinis. Dan tatapan itu seakan membunuh Ayu yang berada dalam rangkulan cowok yang berseteru dengan cewek yang menatapnya sinis.
“Aku bukan ...” kata Ayu mencoba menjelaskan.Ayu mencoba melepaskan rangkulan Dimas dari bahunya.
Dengan sigap, Dimas menutup mulut Ayu dengan telapak tanganya untuk menghentikan kata-kata yang terlotar dari mulut cewek itu. Dimas semakin mengencangkan rangkulannya pada Ayu, membuat Ayu semakin tidak mengerti.
“Selamat ya” kata Naomi tidak ikhlas. “Secepat itu kamu melupakan kita” sambung Naomi menatap Dimas penuh arti.
Dimas melepaskan dekapan telapak tangannya dari bibir Ayu, menatap Naomi dengan senyum simpul. “Kamu juga, secepat itu mencari penggantiku” sahut Dimas dengan geram,senyum pedih terkulum di ujung bibirnya.
Naomi menggantung senyum sinis di bibirnya. Melangkah pergi meninggalkan mantan kekasihnya.
“Semoga bahagia” ujar Dimas sebelum Naomi melangkah pergi darinya.
Langkah Naomi terhenti, menoleh Dimas datar, pergi dengan langkah santai.Ayu melepaskan rangkulan tangan Dimas yang bersandar manis di bahunya. Menatapnya geram sekaligus bingung.
Dimas melepaskan rangkulan tangannya, melangkah pergiuntuk meninggalkan Ayu tanpa dosa. Dengan sigap, Ayu meraihkerah seragam putih milik Dimas, menariknya hingga langkah Dimas terhenti.
Ayu berjalan kedepan Dimas, menatap dengan ribuan tanda tanya di kepalanya.
“Aku minta maaf atas semua yang terjadi barusan” ujar Dimas santai. “Sebaiknya, kau lupakan saja kejadian tadi” tutur Dimas, kemudian melangkah pergi.
Ayu menggaruk kepalanya yang tidak terasa gatal. Memandang cowok yang tadi merangkulnya dengan heran, hingga punggung cowok itu menghilang diujung koridor sekolah.
“Dasar aneh” gumam Ayu, berlalu pergi dari depan ruang kelas X IPA.1 menuju ruang kelasnya dilantai dua.
  
“Ay” panggil Tari dari balik pintu laboratorium IPA lantai dua samping tangga.
Ayo menghentikan langkahnya, menoleh Tari yang berdiri di depan pintu labortorium IPA.
“Pulang sekolah nanti, temui aku di kantin ya. Ada hal penting yang ingin aku tanyakan padamu” sambung Tari tersenyum manis pada Ayu dan kembali masuk ke ruang lab IPA.
“Oke” sahut Ayu kemudian melanjutkan langkahnya menuju ruang kelasnya.
Ayu memasuki ruang kelas XI IPA.2 yang berada di ujung jalan lantai dua. Masuk dengan santai kemudian, duduk di bangku barisan tiga nomor tiga. Ayu mengambil botol minum plastik berwarna hijau pupus dari laci mejanya, membuka tutup botolnya kemudian, menenggak airnya dengan santai.
“Ay!” kejut Mika teman sebangku Ayu yang membuatnya menumpahkan air dari botol minumnya.
Ayu menatap seragam putih serta rok abu-abu selututnya yang basah karena ketumpahan air dari botol minumnya. Ayu melirik Mika yang berdiri disampingnya dengan tatapan kesal.
“Ups, sorry” ucap Mika tak enak hati.
Ayu menghela nafas berat. “Mikaaa” eram Ayu kesal melihat seragam sekolahnya basah kuyup.
Mika memasang senyum lima jari kepada Ayu yang kesal kepadanya. “Tidak sengaja” tutur Mika.
“Terus bagaimana dengan seragamku?” tanya Ayu sedih.
“Aha” kata Mika mempunyai ide untuk masalah ini. “Mumpung di luar lagi panas, mending kamu berjemur saja di lapangan” saran Mika ngasal.
“Panas-panas begini?” tanya Ayu lagi.
“Justru itu, mumpung lagi panas mendingan kamu berjemur biar seragammu kering” ujar Mika nyengir. “Dari pada basah seperti itu, nanti kamu masuk angin” celoteh Mika.
Ayu melirik Mika dengan menimbang-nimbang keputusan. Mika menatapnya dengan penuh keyakinan.
“Oke” sahut Ayu setelah memutuskan keputusannya. “Tapi , kamu harus menemaniku” ujar Ayu, menarik tangan Mika keluar kelas bersamanya.
Dengan sangat terpaksa, Mika mengikuti langkah Ayu menuju lapangan sekolah. Ayu berdiri di pinggir lapangan bersama Mika untuk mengeringkan seragamnya yang basah kuyup.
“Disini panas sekali, aku beli minum dulu di kantin” ujar Mika yang tak tahan menahan dahaganya.
“Cepat ya” kata Ayu yang merasa sangat panas.
Mika berlari menuju kantin sekolah untuk membeli dua botol air mineral.
“Perkenalkan namaku Naomi” ujar Naomi yang muncul secara tiba-tiba disamping Ayu sambil mengulurkan tangan kanannya pada Ayu.
Ayu menatap Naomi heran. Menerima jabatan tangan Naomi. “Ayu” sahut Ayu dengan senyum simpul.
“Maaf karena kejadian yang tidak mengenakkan tadi” ujar Naomi dengan tersenyum manis pada Ayu.
“Tidak apa-apa” sahut Ayu balas tersenyum manis pada Naomi.
“Bolehkah aku bertanya padamu tentang satu hal?” tanya Naomi.
“Apa?” Ayu berbalik bertanya pada Naomi.
“Sudah berapa lama kamu pacaran dengan Dimas?” tanya Naomi halus, sebisa mungkin tidak menyinggung perasaan Ayu.
“Em, sebenarnya aku bukan lah...” jawab Ayu, ingin meluruskan duduk permasalahannyabahwa ia bukan pacar Dimas.
“Sudah tiga minggu” potong Dimas yang tiba-tiba datang dan berdiri disamping Ayu.
Ayu tertegun melirik Dimas disampingnya. Lagi-lagi Ayu berada di situasi yang tak mengenakkan untuknya. Situasi yang tidak tahu pokok permasalahannya. Ayu mendengus kesal pada cowok yang mengaku kekasihnya itu.
“Ayo kita pergi dari sini” ajak Dimas sambil menarik tangan kiri Ayu.
Ayu sekuat mungkin melepaskan genggaman tangan Dimas yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Tapi, tenaga Dimas lebih kuat darinya, membuatnya tidak bisa melepaskan genggaman tangan Dimas.
Dimas melepaskan genggaman tangannya dari tangan Ayu yang berhenti di depan gudang sekolah. Berbalik menatap Ayu dibelakangnya dengan tatapan dingin sedingin kutub utara.
“Aku mau minta tolong padamu” tutur Dimas tanpa basa-basi kepada Ayu.
Ayu mengerutkan keningnya, menatap Dimas dengan bingung. “Maksudmu?” tanya Ayu tak mengerti.
“Aku tidak akan bertele-tele. Dengarkan aku baik-baik” ucap Dimas serius. “Aku mau kamu jadi pacarku” tutur Dimas pada Ayu yang mematung mendengar perkataannya barusan.
Ayu menatap cowok yang berdiri dihadapannya. “Apa kau sedang merayuku untuk menjadi kekasihmu?” tanya Ayu yang tidak bermimpi sekalipun akan ditembak secara mendadak seperti ini. Apalagi dengan orang yang tak dikenalnya seperti Dimas.
“Aku hanya ingin kamu jadi pacar pura-pura ku saja” tutur Dimas menjelaskan.
“Ah. Aku kira kau tadi menyukai ku tapi, ternyata tidak” kata Ayu sedih.
“Apa kau mau?. Ini hanya untuk satu bulan kedepan saja setelah itu selesai” ucap Dimas to the point.
“Aku tidak mau” tegas Ayu yang merasa malu.
“Aku akan memberikan semua yang kau mau, jika kau mau membantuku” kata Dimas memberikan penawaran pada Ayu yang menolak permintaannya.
“Jika aku tetap menolaknya, bagaimana?” tanya Ayu tersenyum sinis.
“Aku akan terus menahanmu disini” ucap Dimas mencoba mengancam Ayu.
Ayu tak menggubris, melangkahkan kakinya menuju lapangan. Dimas menghentikan langkah Ayu sebelum gadis itu pergi darinya lebih jauh. Menarik tangan kanan Ayu, menyeretnya hingga tubuh gadis itu bersandar di dinding gudang.
“Lepaskan aku!” seru Ayu kepada Dimas yang menahan langkahnya.
“Sudah ku bilang, aku akan menahanmu disini, jika kau tidak menerima permintaanku” sahut Dimas santai.
“Baiklah, aku terima tawaran mu” kata Ayu menyetujui penawaran yang diberikan Dimas padanya. “Tapi, apa maksud dan tujuanmu?. Apakah kau ingin balas dendam dengan mantan kekasihmu?” tanya Ayu ceplas-ceplos.
“Itu bukan urusanmu!” seru Dimas, tidak suka masalahnya terjamah oleh siapapun.
“Bukankah aku ini pacarmu?” tanya Ayu pada Dimas.
“Pacar sementara” tegas Dimas pada Ayu, menjelaskan statusnya dengan Ayu.
“Ya. Walaupun sementara tapi, aku tetaplah pacarmu” kata Ayu dengan bangga menyebutkan status barunya.
“Terserah kau saja, yang penting aku tidak mau mengatakannya padamu. Meskipun kau adalah kekasihku” ujar Dimas mejelaskan.
“Kau tidak usah menjawabnya karena aku sudah tau jawabannya” ujar Ayu dengan tersenyum geli.
“Sok tahu” ucap Dimss ketus.
“Kau malu karena kau belum bisa move on dari nya, bukan!” tebak Ayu.
“Lebih baik tutup mulutmu itu” ujar Dimas dingin, melangkah pergi dari Ayu yang menatatapnya jail.
Terkulum senyum geli pada bibir Ayu. “Aku akan mencairkan kutub utara itu hingga membuatnya menjadi lautan” kata Ayu yang bertekad untuk mengubah pacar barunya yang datang secara mendadak seperti ini. Tanpa diduga dan tanpa tahu seperti apa kepribadian kekasihnya itu.
Dan itulah cinta, datang tak di jemput pulang tak diantar. Mungkin cinta tahu dimana dia berlabuh sesuka hatinya dan mungkin juga akan pergi sesuka hatinya. Cinta yang datang secara mendadak menimbulkan berjuta rasa dalam hati Ayu dan juga Dimas dan dengan keadaan yang dibilang sangat aneh. Dimana hubungan asmara tersebut terjalin karena rasa malu dan rasa gengsi yang berlebihan dari Dimas terhadap mantan kekasihnya. Membuatnya terjebak dalam ikatan tanpa cinta.
  
“Hai pacarku” sapa Ayu pada Dimas yang berjalan melewati ruang kelasnya. “Ohayou gozaimasu ” sapa Ayu lagi dengan melemparkan senyum manis pada pacar barunya.
Dimas hanya melirik Ayu yang sedari tadi menyapanya pagi itu. Tak ada sahutan dari bibir Dimas, berlalu pergi tanpa menghiraukan Ayu sedikitpun. Ia hanya ingin menyapa atau pun berada disamping Ayu pada saat Naomi melintas didepannya. Cowok itu hanya ingin menunjukkan pada Naomi bahwa ia juga bisa tersenyum tanpa dirinya.
Ayu mengekor di belakang Dimas, mengikuti langkah cowok itu dengan santai.
“Berhenti mengikuti langkahku!” seru Dimas masih terus berjalan menuju ruang kelasnya yang berada di lantai dua tepat di seberang kelas Ayu.
“Bukankah aku ini pacarmu?”tanya Ayu polos. Berjalan cepat, menghadang langkah Dimas.
Dimas terhenti, menatap Ayu yang menghentikan langkahnya. “Ya, aku adalah pacarmu tapi itu hanya disaat ada Naomi saja. Jika tidak ada, kau bukanlah pacarku!” seru Dimas.
Ayu terdiam. Itu memang benar. Seharusnya Ayu tidak bertingkah memalukan seperti itu, hanya membuat malu saja. Ayu berbalik menuju ruang kelasnya dengan berjuta rasa malu. Sangat memalukan.
Pertahanan kutub utara yang begitu dingin tak mampu untuk Ayu cairkan. Membuatnya cair hanya akan menyia-nyiakan saja, hanya ada malu yang terdampar pada wajah Ayu.
  
“Ay, sorry ya. Kemarin aku tidak jadi menemui kamu sepulang sekolah” tutur Tari yang merasa tidak enak hati pada temannya itu.
“Tidak apa-apa, Tar” sahut Ayu sambil menyeruput kuah bakso yang terasa begitu hangat ketika melewati kerongkongannya.“ Memangnya, apa yang ingin kamu bicarakan padaku. Sepertinya penting” tambah Ayu, mengunyah pentol baksonya.
“Aku hanya mau nanya-nanya soal Juno” ujar Tari yang sedang menunggu mie goreng yang dipesannya dari Bu Ijah, langganannya di kantin sekolah.
“Oh” sahut Ayu singkat, menyeruput milkshakestrowberry nya. “Kirain mau ngomongin apa” kata Ayu, matanya tidak sengaja melirik Dimas di depannya yang sedang menyantap nasi gorengnya.
“Juno bagaimana kabarnya?” tanya Tari pada Ayu yang sedang melirik pacar sementaranya.
“Dia baik kok” jawab Ayu yang kembali tenggelam dalam baksonya. “Tapi dia lagi galau karena habis putus sama pacarnya”  tutur Ayu menjelaskan disela kunyahannya.
“Putus?” tanya Tari memastikan pendengarannya.
“Ia, putus. Dua hari yang lalu” jawab Ayu santai.
Tari tersenyum bahagia karena mengetahui target incarannya berstatus jomblo sekaligus mendapatkan kesempatan emas untuk menyelinap masuk dalam hati target cintanta. “Ya sudah. Terima kasih atas info nya. Aku pergi dulu” kata Tari pergi meninggalkan Ayu dengan kuluman senyum bahagia di bibirnya.
Ayu tersenyum geli menatap punggung Tari yang mulai menghilang dari kantin yang terasa begitu sesak. “Naomi” gumam Ayu ketika melihat Naomi di antara rerumunan manusia. Matanya melirik Dimas yang masih mengunyah nasi gorengnya. Ayu beranjak dari tempat duduknya dengan sigap menuju bangku Dimas, duduk disamping cowok itu dengan santai.
Dimas merasakan pergerakan seseorang disampingnya, melirik dengan heran. “Ngapain kamu disini?” tanya Dimas yang menatap Ayu penuh selidik.
Ayu tak menggubris pertanyaan cowok yang menjadi pacar sementaranya atau lebih tepatnya disebut pacar sewaan. Ayu hanya terdiam tanpa suara, tanpa gerak dan tanpa menoleh Dimas sekalipun.
Naomi melintas di meja yang di duduki Dimas dan Ayu. Melirik Dimas yang sedang menatap Ayu dengan tatapan tak senang kalau daerahnya di ganggu oleh siapapun.
Dimas melirik Naomi yang melintas bersama kekasih barunya yang merupakan kakak kelasnya. Dimas melirik Ayu yang tak menolehnya sama sekali, hanya ada tatapan datar pada wajahnya. Dimas baru mengerti dengan langkah yang dilakukan Ayu dan kenapa tiba-tiba duduk disampingnya.
Keheningan menyelimuti. Tak ada kata ataupun ekspresi yang terlintas dalam adegan itu. Selang beberapa menit, Naomi pergi dari kantin bersama pacar barunya. Detik itu juga, Ayu beranjak pergi meninggalkan Dimas dikantin. Berjalan dengan santai menuju ruang kelasnya dilantai dua.
  
Dingin pagi menyeruak, menusuk hingga ke tulang. Ayu duduk di bangkunya dengan tenang sambil mendengarkan musik dari hp nya dengan menggunakan headset putih. Bayangan yang terus mengganggu konsentarinya beberapa hari ini, melintas di depan ruang kelasnya. Ayu hanya menatapnya, tak ada sapaan seperti kemarin yang dilakukannya pada Dimas ketika melintasi ruang kelasnya.
Ayu tak akan melakukan hal yang bisa memalukan dirinya seperti kemarin. Mulai sekarang, Ayu hanya akan datang ketika dibutuhkan saja dan akan bersikap dingin pada Dimas hingga kutub utara itu mencair dengan sendirinya.
Seminnggu telah berlalu. Hubungan yang terjalin atas dasar cinta telah melewati waktu yang hening. Ayu sedang berusaha mencairkan si kutub utara dengan dinginnya kutub selatan. Menunggu waktu yang tepat untuk sekedar menjadi penerang bagi Dimas disaat cowok itu jatuh kedalam lubang yang penuh dengan kegelapan.
Ayu duduk melamun dikantin sekolahnya, bertepak dagu dengan pandangan nanar. Memikirkan Dimas yang tampak begitu indah di matanya. Ayu sadar bahwa ia telah terperangkap dalam hati pacar sementarannya itu. Cinta itu tumbuh dengan sendirinya tanpa tau kapan cinta itu hadir dalam kehidupannya.
“Melamun saja” ujar seseorang yang tiba-tiba duduk disamping Ayu sambil membawa milkshake strowberry dan coklat.
Ayu melirik sosok disampingnya. Ayu melirik disekitar kantin. “Ada Naomi ya? Tanya Ayu masih celingak-celinguk.
Dimas tersenyum manis padanya, menyodorkan milkshake stowberry untuk Ayu. “Tidak ada” sahut Dimas santai, menyeruput milkshake coklatnya.
Ayu menatap Dimas dengan bingung. “Terus ngapain kamu duduk disampingku?” tanya Ayu sedikit ketus. “Bukankah kau tidak mau aku berada didekatmu” gerutu Ayu masih kesal dengan Dimas.
“Terserah aku dong, mau duduk sama siapa saja” sahut Dimas santai.
Ayu merasakan ubun-ubunnya berasap, mungkin sebentar lagi akan meledak. Ayu beranjak dari duduknya.
“Ternyata kamu itu dendaman ya?” ujar Dimas yang berhasil membuat Ayu kembali terduduk disampingnya.
“Kalau ia. Kenapa?” tanya Ayu ketus. Menatapnya sinis.
“Hey pacarku” ucap Dimas menatap Ayu yang menatapnya sinis. “Aku tau aku salah, jadi maafkan aku” ucap Dimas lagi.
Ayu tertawa geli sekaligus tersenyum bahagia pada Dimas. Bertepak dagu menatap Dimas dengan manja dan sok manis. “Ternyata aku berhasil mencairkan si kutub utara” tuturnya.
Dimas tertawa renyah, serenyah biskuit roma.
“Kamu semakin terlihat tampan dengan senyum itu” ujar Ayu masih bertepak dagu menatap Dimas tanpa henti.
Bel sekolah berbunyi tanda waktu istirahat telah selesai.
“Yuk kekelas” ajak Dimas tanpa basa-basi.
Ayu tersenyum manis pada Dimas. Berjalan beriringan dengan Dimas membuatnya sedikit melupakan sosok Oscar yang telah meninggalkanya karena dijodohkan dengan cewek lain oleh orang tuanya.
  
Avanza hitam berhenti di depan halte bus, pemiliknya membuka kaca mobilnya. “Ay” panggil Dimas dari dalam mobilnya kepada Ayu yang sedang menunggu bus siang itu.
“Ayo masuk” ajak Dimas pada Ayu. “Aku mau ajak kamumakan” katanya lagi.
Ayu mendekat ke mobil Dimas, membuka pintunya danduduk disebelah Dimas.
“Mau ketemu Naomi ya?” tanya Ayu melirik Dimas yang menyetir Avanzahitamnya.
“Tidak” sahut Dimas dari balik kemudinya.
Hening. Tak ada kata yang keluar dari bibir mereka. Hanya lirikan satu sama lain serta senyum canggung yang ada disana.
Dimas menghentikan mobilnya di sebuah kafe terkenal di Palembang. Memarkirkan mobilnya.
Ayu dan Dimas turun dari Avanza hitamnya. Berjalan masuk kedalam kafe. Duduk di meja yang letaknya menghadap keluar.
“Mau makan apa?” tanya Dimas pada Ayu didepannya.
“Steak aja” sahut Ayu menatap jalan raya yang terlihat dari dalam kafe.
“Mbak” panggil Dimas pada pelayan kafe yang berada di meja samping.
“Ia” jawab pelayan kafe, bersiap mencatat pesanan.
“Dua steak, milkshake stowberry dan capucinno” ujar Dimas.
Ayu bertepak dagu memandangi Dimas yang begitu manis. Tersenyum tanpa henti yang terus dilemparkannya pada Dimas.
“Aku kesini mau ngajak kamu makan. Bukanya mau lihat kamu terus mandangi aku seperti ini” kata Dimas, menyantap steak nya yang baru datang.
Ayu melirik steak nya, mengirisnya tipis kemudian menyantapnya.
“Tidak terasa sudah dua minggu kita pacaran” tutur Ayu disela kunyahannya.
Dimas tersenyum simpul. Masih terus mengunyah steak nya. Sesekali melirik Ayu di depannya. Memandangi gadis yang duduk makan bersamanya, yang menjadi bagian dalam hidupnya tanpa ia sadari.
“Ay” panggil Dimas pada Ayu yang selesai menyantap steak nya.
“Em” gumam Ayu santai.
“Temani aku ke Masjid dulu ya” pinta Dimas pada Ayu yang menatapnya manja.
Ayu tercekak mendengar permintaan Dimas yang ingin ke Masjid. Masjid?. Bukankah tempat itu adalah tempat ibadah penganut Agama Islam?.
“Kemana?” tanya Ayuyang merasa syok dengan tempat yang ingin dikunjungi Dimas.
“Ke masjid” jawab Dimas santai.
“Oh” sahut Ayu singkat.
Ayu mengetahui satu kenyataan yang mungkin akan menjadi perbedaan besar antara dirinya dan Dimas. Ayu mengira bahwa Dimas dan dirinya memiliki kesamaan karena mereka sama-sama berasal dari Jepang. Namun, Dimas memiliki keyakinan yang berbeda denganya. Dimas yang bergama Islam, sedangkan Ayu beragama Budha.
Agama yang di anut oleh kedua manusia ini yang akan menjadi perbedaan yang tak terhingga. Perbedaan agama yang menjadi batas antara hubungan mereka dan menjadi penghalang bagi perasaan yang mulai tumbuh di hati mereka.
Hari ini Ayu menemani Dimas ke masjid untuk melaksanakan ibadahnya. Ayu tak menemani Dimas sampai kedalam masjid dan memilih menunggunya di dalam mobil saja.
Sebisa mungkin Ayu menepiskan perbedaan itu dan menganggap sebuah perbedaan itu hal biasa. Ayu yakin bahwa perbedaan itu bisa hilang dengan adanya cinta yang tulus. Dan menganggap perbedaan itu indah.
  
Ayu tertegun mendapati Oscar yang berdiri tegap bersama Monica didepannya dan Dimas. Ayu berusaha setegar mungkin, menyunggingkan senyum manis kepada Oscar dan Monica yang terlihat mesra didepannya.
“Ay” ucap Oscar yang menatap Ayu lirih.
“Itu pacar baru kamu ya, Ay?” tanya Monica tersenyum sinis pada Ayu.
“Perkenalkan, aku Dimas. Pacarnya Ayu” kata Dimas menyodorkan tangan kanannya pada Monica.
Monica menerima jabatan tangan Dimas. “Monica” sahut Monica tersenyum manis pada Dimas. “Wah. Ternyata cepat juga kamu move on dari MANTAN KEKASIHMU ini” kata Monica pada Ayu dengan melirik Oscar disampingnya.
Dimas mengerutkan keningnya. Melirik Ayu yang saling bertatapan dengan Oscar, gadis itu hanya diam membisu seperti patung. Dimas sangat paham dengan situasi ini. Situasi yang pernah dia alami beberapa minggu yang lalu dengan Naomi, hanya saja situasinya yang berbeda. Dimas hanya bertemu Naomi saja sedangkan, Ayu bertemu dengan mantan kekasihnya sedang bersama pacar barunya.
“Oh ya. Aku dan Ayu akan makan siang. Apakah kalian mau ikut?” ujar Dimas berusaha mencairkan suasana yang mencekam bagi Ayu dan mantan kekasihnya. “Tapi, kami bukan mau makan di restoran melainkan di tepi jalan taman ini. Di pinggir jalan” tutur Dimas yang tak berniat mengajak mereka.
“Oh. Aku dan KEKASIHKU akan berjalan di sekeliling taman ini” sahut Monica menggenggam tangan kiri Oscar yang masih tak berkedip menatap Ayu dihadapannya.
Dua anak manusia yang dulu pernah menjalin kasih dan putus karena suatu perjodohan yang tidak masuk akal. Perjodohan yang terjadi di zaman globalisasi sangatlah tidak etis jika terjadi dizaman sekarang.
“Kalau begitu sampai jumpa” ucap Dimas, kemudian menggandeng Ayu yang terlihat seperti idiot. Menarik tangannya, menggiringnya ke sebuah tempat makan tak jauh dari taman.
Ayu dan Dimas duduk di tempat makan outdoor. Dimas melirik Ayu yang masih seperti idiot tak berkutik. Mematung. Dimas meraih tangan Ayu yang terpangku di pahanya. Menggenggamnya dengan lembut. Kehangatan mengambang di punggung kedua tangan Ayu yang membuat Ayu tersadar dari lamunan tanpa alur dan tanpa ujung.
Ayu menatap Dimas yang sedang menatapnya lirih. Terambang air mata di bola mata Ayu, merasakan sesak di dadanya. Sekuat mungkin menahan air matanya tapi, air mata itu tetap saja jatuh mengalir membasahi pipinya. Ayu tertunduk, menyandarkan keningnya di pinggir meja. Menangis tersedu-sedu disamping Dimas.
Dimas masih menggenggam tangan gadis yang sedang menangis tersedu-sedu disampingnya, yang menundukkan kepalanya di meja. Genggaman cowok itu semakin erat. Genggaman itu yang berhasil menenangkan Ayu, menepiskan kepedihannya, dan menghentikan isakan tangisnya.
“Jika kau mau, ceritakan saja” ujar Dimas mencoba menenangkan Ayu.
Ayu tertegun menatap cowok disampingnya yang memberikan ketenangan lewat genggaman tanganya yang hangat. “Dia adalah mantap kekasihku” kata Ayu menguatkan hatinya.
“Oscar mantan kekasihku yang telah dijodohkan dengan Monica” ujar Ayu menahan sakitnya.
“Kalian putus karena perjodohan yang di lakukan orang tua Oscar” kata Dimas heran dengan tingkah orang tua Oscar.
Ayu mengangguk pelan.
“Kalian masih saling mencintai” tutur Dimas pada Ayu yang mulai tenang.
Ayu melirik Dimas. “Hubungan kami sudah kandas satu tahun yang lalu. Jadi, cinta antara kami pun telah menghilang” sahut Ayu menerawang masa pahit itu.
“Aku bisa melihatnya dari mata kalian. Cinta itu masih ada, bukan?” ujar Dimas tersenyum simpul pada Ayu.
“Bukan cinta, melainkan kesakitan dan kesesakan” protes Ayu.
“Kesakitan dan kesesakan karena tak bisa bersama?” kata Dimas menatap Ayu penuh arti.
Ayu tersenyum pedih pada Dimas. “Itu juga yang kau rasakan, bukan?” sahut Ayu melirik Dimas yang memiliki persamaan dengannya.
Persamaan karena ditinggalkam cintanya karena sebuah alasan yang konyol dan tak masuk akal. Ayu ditinggalkan Oscar karena perjodohan yang dilakukan kedua orang tua Oscar dengan alasan menjalin silahturahmi dengan pemilik perusahaan yang dipimpin oleh Ayah Monica untuk bisnis. Sedangkan Dimas, ditinggalkan Naomi karena gadis itu lebih memilih popularitas di bandingkan cintanya, mengkhianati cintanya hanya demi ketenaran yang dimiliki kekasih barunya sekarang.
“Ya. Kau benar” ujar Dimas ikut larut dalam kesedihan. Menatap Ayu lekat. “Tapi...” ucap Dimas tertunduk. “Anata ga koko ni iru node, watashi wa kare o wasureru koto ga dekimashita ” sambung Dimas menatap Ayu lekat.
Ayu tersenyum manis pada Dimas. “Aku beruntung memiliki pacar sepertimu” sahut Ayu. “Terima kasih telah menghiburku, pacarku” sambung Ayu bertepak dagu menatap Dimas dengan manja.
Dimas tersenyum renyah. “Aku juga beruntung memiliki pacar sementara sepertimu” tutur Dimas.
Ayu mendelik, mendengus kesal pada Dimas yang menyebutnya pacar sementara.
Dimas terkikik melihat ekspresi Ayu yang merajuk seperti anak kecil. “Ah. Pacarku ini mudah sekali ngambek” goda Dimas pada Ayu. “Baiklah. Aku akan membelikan pacarku ini balon” ledek Dimas lagi.
Ayu melirik Dimas dengan kesal, mencubit lengan kanan Dimas.
“Aww!” rintih Dimas kesakitan.
Ayu tersenyum menatap Dimas yang mulai meledeknya. “Ternyata kutub utara bisa meledekku” ledek Ayu, membalas ledekan pacarnya.
“Aku ini dulunya mantan stand up comedy loh” tutur Dimas.
“Percaya deh” sahut Ayu terkikik pada Dimas yang juga terkikik.
Canda tawa membuncah dilangit bersama udara yang berhembus sore itu. Tawa yang tulus sedikit meringankan beban yang dipikul di hati mereka. Beban yang selalu terbawa hingga merusak sistem hati.
  
“Ay, aku dan Eru ada perlu sebentar didalam. Aku mau meluruskan sesuatu” ujar Dimas yang pergi meninggalkan Ayu di parkiran mobil bawah tanah mall.
“Okey” sahut Ayu tersenyum simpul pada Dimas yang menyunggingkan senyum manis padanya.
Ayu menunggu Dimas dan Eru kembali dari dalam mall. Entah apa yang mereka lakukan hingga larut malam begini. Ayu menunggu dengan sabar diparkiran mobil bawah tanah mall tersebut.
“Ay” panggil seseorang dari balik Avanza silver.
Ayu menoleh ke sumber suara. Mendapati Oscar di belakangnya. Ayu membalikkan tubuhnya, menatap Oscar yang berjalan mendekatinya. Hatinya bahagia bisa melihat orang yang kini, menjadi mantan terindah baginya. Mantan yang selalu ia kenang dalam hati juga otaknya.
Oscar berdiri tepat dihadapan Ayu, menatap gadis yang dulu pernah menjadi bagian dalam hidupnya dan yang terindah. “Apa kabar?” tanya Oscar pada Ayu yang menatapnya lirih.
Ayu tersenyum tipis. “Aku rasa itu bukan urusanmu” sahut Ayu ketus.
“Ya, aku tahu itu” ujar Oscar menatap Ayu dengan senyum tipis.
Ayu memalingkan pandangannya, hanya tertunduk ke bawah. Hatinya terasa perih begitu mengingat bahwa Oscar bukan lagi miliknya serta kenyataan bahwa dia telah memilih hati yang lain untuk disinggahi dan hati itu bukan milik Ayu.
Tanpa sadar, Ayu meneteskan air matanya. Jatuh tak tertahankan dari balik pelupuk matanya. Betapa pedih hatinya karena statusnya bukan lagi pacar tapi, seorang mantan.
Oscar yang hanya berdiri dengan diamnya. Menatap Ayu yang sedang menangisi dirinya. Tangannya tak bisa lagi untuk sekedar mengusap air mata gadis itu. Karena mereka bukan sepasang kekasih lagi melainkan mantan kekasih. Oscar berusaha menghargai cinta Monica untuk tidak lagi peduli pada perasaan Ayu terhadapnya. Sekuat tenaga ia menahan untuk tak memperdulikan tangisan  Ayu yang selalu berhasil memahkan hatinya.
Oscar tertunduk, menatap lantai parkir. Mata cowok itu menatap gadis yang tertunduk dengan ambangan air mata. Oscar melangkah kearah Ayu, menarik lengan kanan gadis itu hingga membuat gadis itu tersandar dalam pelukannya. Pelukan yang dulu pernah menjadi miliknya. Pelukan yang selalu Ayu rindukan.
“Ku mohon hentikan air matamu” ujar Oscar yang tak mampu menepiskan bahwa ia juga terluka dalam hal ini.
Ayu menangis dalam pelukan yang penuh dengan kehangatan. “Tidak usah sok perduli padaku” sahut Ayu dalam pelukan Oscar. “Lepaskan pelukanmu!” seru Ayu, berusaha melepaskan dekapan Oscar.
Oscar tidak merespon kata-kata Ayu. Dirinya masih memeluk Ayu dengan sangat erat.
“Untuk apa kau memelukku seperti ini, jika setelah itu kau pergi meninggalkanku tanpa perasaan” tutur Ayu dengan isak tangis. Ayu mencoba tegar, mencoba menghentikan laju air matanya.
“Aku terlalu lemah untuk sekedar melihat air matamu” ujar Oscar. “Ku mohon jangan pernah menangisi orang seperti aku karena aku sekarang bukanlah kekasihmu lagi” sambung Oscar, melepaskan pelukannya.
Ayu menatap Oscar dengan ambangan air mata. Oscar menatap Ayu dengan tatapan datar.
“Lupakan aku karena aku telah melupakanmu” ujar Oscar, berlalu pergi meninggalkan Ayu dengan Avanza silvernya.
Ayu semakin tak kuasa menahan air matanya. Air mata yang jatuh membasahi pipi juga hatinya. Ayu hanya tertunduk dengan tangisannya yang begitu lirih.
Dimas dan Eru terpaku setelah melihat adegan yang terpampang di cctv bagian parkiran mall. Terlihat jelas Ayu yang sedang menangis tersedu-sedu.
Dimas beranjak meninggalkan ruang keamanan mall, berlari sekuat tenaga menuju pakiran mobil bawah tanah untuk menghampiri Ayu. Dimas terhenti ketika menemukan Ayu yang masih tertunduk dengan tangisannya. Dimas melangkahkan kakinya dengan cepat. Tangannya meraih lengan kiri Ayu, membuat tubuh Ayu berputar kearahnya, jatuh dalam pelukannya.
“Aku ada disini untukmu” ujar Dimas mencoba menenangkan Ayu.
Ayu membalas pelukan Dimas dengan erat. Pelukan yang sangat menenangkannya.
“Menangislah jika itu membuat hatimu tenang” tutur Dimas.
“Jangan khawatir, aku baik-baik saja” ujar Ayu berusaha tegar didepanDimas.
“Aku bukan mengkhawatirkanmu, tapi aku mengkhawatirkan hatimu” sahut Dimas. “Aku tahu, hatimu sedang terluka parah” sambung Dimas, melepaskan pelukannya karena tidak lagi terdengar isakan tangis Ayu.
Ayu menatap Dimas yang ada dihadapannya. Tidak pernah menyangka bahwa cowok itu akan berlari menghampirinya dan memeluknya seperti tadi. Selama ini Ayu mengira bahwa cowok yang selalu bersikap dingin itu sangat egois dan tak berperasaan. Tapi, ternyata dibalik sikap kutub utaranya itu, cowok itu mempunyai sisi yang hangat.
“Apa kau melihat semuanya?” tanya Ayu pada Dimas yang menatapnya penuh perhatian.
“Ya. Aku melihatnya dengan sangat jelas” jawab Dimas.
Eru datang dari balik tiang beton parkiran mobil bawah tanah. “Kau cepat sekali larinya, membuatku tertinggal jauh” ujar Eru yang berjalan terengah mendekat kearah Ayu dan Dimas.
“Sepertinya urusan kalian sudah selesai. Ayo kita pulang” ajak Ayu yang mengalihkan pembicaraan. Berjalan mendekat Avanza hitam milik Dimas.
Dimas menghentikan langkah Ayu dengan menarik tangan kanan Ayu. “Bagaimana dengan hatimu?” tanya Dimas pada Ayu.
“Okage samade genki desu ” sahut Ayu tegas, tersenyum manis pada Dimas yang masih menggenggam tangan kanannya.
Dimas mengangguk pelan, melepaskan genggamannya dari tangan Ayu. “Ayo kita pulang” kata Dimas berjalan menuju mobilnya.
Dimas duduk dibelakang kemudi, Eru duduk disampingnya dan Ayu duduk di jok belakang. Tak ada kata yang tetucap dari bibir ketiga anak SMA itu, suasana hening menyelimuti hati mereka masing-masing.
  
“Hai pacarku” sapa Ayu pada Dimas yang sedang mengunyah baksonya dikantik sekolah hanya sendiri.
Dimas tersenyum geli pada Ayu yang duduk di depannya. “Sok manis” ujar Dimas disela kunyahannya.
“Aku kan memang manis” sahut Ayu menatap Dimas dengan manja.
Bertepak dagu menatap Dimas dengan manis. Menatapnya tanpa henti. Tidak pernah terbayangkan akan memiliki seorang kekasih seperti Dimas. Kekasih sementara yang begitu indah dalam hidupnya, kekasih yang selalu bisa ia pandangi seperti ini tanpa henti dan kekasih yang berbeda keyakinan dengannya.
Hanya Dimas yang bisa mengerti jalan fikirannya yang rumit, hanya Dimas yang mampu mengimbangi jalannya dan langkah kakinya yang penuh dengan tanda tanya.
“Dim” ucap Ayu.
“Em” gumam Dimas, yang telah selesai menyantap baksonya.
“Semalam, kamu sama Eru ngapain masuk lagi ke mall?” tanya Ayu menatap Dimas penuh tanda tanya.
“Naomi dituduh mencuri sesuatu di mall” ujar Dimas santai.
Ayu mengerutkan keningnya. “Mencuri?” tanya Ayu bingung.
“Ya. Dia dituduh mencuri” jawab Dimas.
“Oh” sahut Ayu yang merasa sedikit kecewa. Ternyata Dimas masih peduli pada Naomi yang jelas-jelas sudah melukai hatinya.
“Tapi, untungya Naomi tidak terbukti bersalah, setelah kami melihat rekaman cctv nya” kata Dimas sangat santai menceritakan semuanya. “Dia di jebak” tambah Dimas.
“Siapa?” tanya Ayu yang sok penasaran, padahal ia sangat tidak ingin membahas tentang Naomi.
“Aku tidak bisa menyebutkan namanya, yang pasti dia adalah musuh Naomi dari SMP” jawab Dimas dengan wajah serius.
“Oh” sahut Ayu tak bergairah.
“Kenapa?” tanya Dimas yang menangkap sinyal aneh dari ekspresi waja Ayu yang tak lagi menatapnya dengan senyum manis.
“Em?” gumam Ayu tak mengerti.
Dimas menatap Ayu dengan tatapan datar tanpa ekspresi, menatapnya degan lekat tanpa berkedip.
“Ya. Aku tahu, aku hanya pacar sementaramu” ujar Ayu yang mulai menangkap maksud dari tatapan Dimas padanya.
Dimas tersenyum tipis menatap Ayu yang kesal dengan tatapannya. Ayu beranjak pergi dari kantin, pergi meninggalkan Dimas dengan senyum tipisnya.
“Tuhan memang satu, tapi… kita yang tak sama” tutur Dimas setelah Ayu menghilang dari kantin. “Andai perbedaan ini tak pernah ada, mungkin aku bisa selalu melihatmu memandangiku dengan senyum manismu itu” ucap Dimas yang terasa pilu.
“Aku mencintaimu tapi, biarkan rasa ini hanya hidup dalam sudut terkecil hatiku dan ku simpan sebagai arsip terindah yang selalu aku kenang……”
Sebulan bukan waktu yang lama bagi Ayu untuk bisa berada disamping Dimas yang penuh dengan kedinginan. Ayu perlu sedikit waktu untuk bisa berada lebih lama bersama Dimas yang telah masuk perlahan dalam hatinya. Sosok yang mampu memberinya semangat untuk terus melupakan Oscar dan sosok yang selalu ada untuknya dan bertahan dengannya.
Entah apa arti dirinya dimata Dimas?, yang pasti sekarang ia telah terjebak dalam cinta yang penuh dengan pebedaan. Cinta yang tak seharusnya ia tanamkan dalam hatinya dan cinta yang tak seharusnya ada dalam benaknya. Akankah cinta itu akan tetap ada atau akan hilang bersama sang waktu. Ayu hanya berharap bahwa cinta itu bisa menepiskan segala perbedaan yang begitu  besar, perbedaan yang tak akan bisa dipersatukan meski, pemilik hati terluka parah.
Cinta tidak akan pernah salah, karena cinta itu tumbuh dengan sendirinya dari dalam hati manusia. Tanpa tahu apa yang akan terjadi nanti karena satu hal yang pasti, bahwa cinta hanya bisa memberikan salah satu dari sejuta rasa cinta.
Mungkin cinta ini akan berakhir sampai disini saja. Sebelum cinta itu tumbuh lebih besar dari dalam hati Ayu dan juga Dimas. Cinta yang tak ada ujungnya, entah apakah cinta ini berakhir atau tidak?.
Perbedaan yang tak bisa dihindari dan disatukan adalah ketika kita mempunyai perbedaan keyakinan. Perbedaan yang ditentang oleh dunia, perbedaan yang indah namun tidak bisa untuk bersama. Akan kah cinta bisa menghilangkan perbedaan itu dan mempersatukan dua insan yg memiliki perbedaan itu?.
  
“Terima kasih telah membatuku selama ini” ucap Dimas pada Ayu yang duduk menghadap danau buatan di hadapannya.
Ayu melirik Dimas yang berdiri tepat disampingnya, cowok itu terlihat tersenyum memandang kearah danau buatan dihadapannya. Ayu menyunggingkan senyum manis yang mungkin ini senyum terakhir untuk pacarnya itu. “Terima kasih juga telah memilihku untuk menjadi kekasih sementaramu” sahut Ayu, menahan tangis.
“Setelah hari ini, status kita hanyalah teman” tutur Dimas melirik Ayu yang sedang memandanginya. “Tapi, kita masih bisa saling sapa seperti ini kan?” tanya Dimas penuh arti.
Ayu tersenyum tipis. “Ya” sahut Ayu. “Suatu saat nanti aku akan sangat merindukan kebersamaan kita satu bulan ini” ujar Ayu melanjutkan kata-katanya.
“Akupun begitu” sahut Dimas, menatap Ayu lekat. Hati cowok itu sangat sulit melepaskan senyum yang selalu tersungging manja untuknya, senyum yang satu bulan ini selalu memberinya semangat dan senyum yang mampu mencairkannya.
Hubungan itu berakhir tanpa tahu apa akhirnya. Berakhir tanpa tahu perasaan masing-masing. Perasaan yang disimpan dalam sudut terkecil hati mereka, yang tak terjamah oleh siapapun kecuali mereka sendiri.

 The End 

1 komentar: